Hikayat Tikus dan Kucing Hutan

“Sekarang aku telah mengerti apa yang kau maksudkan dengan perumpamaan itu,” kata Raja Dabsyalim, setelah Baidaba selesai bercerita. “Sekarang ceritakanlah padaku suatu cerita yang menceritakan tentang seseorang yang sangat cerdik, tetapi punya banyak musuh dan ia bisa selamat berkat kecerdikannya itu.”

“Adapun permusuhan dan persahabatan tidaklah kekal selama-lamanya,” jawab pendeta Baidaba. Kadang-kadang permusuhan berubah menjadi persahabatan atau sebaliknya. Semua itu pasti ada sebabnya. Oleh karena itu, orang yang cerdik pasti tidak akan mau melakukan gencatan senjata dengan musuhnya, kecuali kalau berada dalam situasi yang lebih menguntungkan mereka. Ada sebuah cerita tentang tikus dan kucing hutan yang sama-sama berada dalam bahaya, tetapi berkat kecerdikan tikus, mereka berdua terbebas dari bahaya dengan sangat mudah,” terang pendeta Baidaba.

“Ceritakan padaku cerita itu! Sepertinya menarik,” kata Raja Dabsyalim tertarik.

“Di sebuah hutan terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Banyak burung-burung dan binatang lainnya yang membuat sarangnya di tempat itu, tak terkecuali seekor kucing hutan yang bernama Rumi. Tidak jauh dari situ, ada sebuah liang lain tempat seekor kucing tinggal yang bernama Faridun. Tempat itu sering didatangi para pemburu burung dan binatang-binatang hutan lainnya.
Pada suatu hari, seorang pemburu memasang jaring dekat lubang kucing hutan. Ketika Rumi hendak mencari makanan, tak sengaja ia menginjak sesuatu dan dia terperangkap dalam jaring itu.
Tak lama kemudian, Faridun juga keluar dari liangnya untuk mencari makanan. Dengan sangat hati-hati ia melangkah seakan-akan berjalan diantara ranjau-ranjau. Ia takut kalau tiba-tiba kucing hutan menyergap dan memakannya. Dari kejauhan, dia melihat si kucing hutan terperangkap dalam jaring pemburu. Untunglah sekarang aku aman! batin tikus. Tiba-tiba, tak jauh dari hadapannya, tampak seekor musang yang sedang kelaparan dan siap menerkamnya, dan pada cabang kayu teratas di pohon belakangnya, seekor burung hantu hendak menerkamnya juga. Ia pun merasa bingung. “Kalau ia berlari maju, ia akan dimakan oleh musang, kalau mundur ia akan di tangkap kucing hutan. Sekalipun ia diam saja, burung hantu itu akan menyambarnya.
“Rupanya aku sudah dikelilingi bahaya,” batin tikus. “Untung saja aku slalu berpikir positif, aku akan mengajak si kucing hutan untuk berdamai. Toh dia pun sedang dalam bahaya, mudah-mudahan saja dia mau mendengarkan perkataanku!”

Tikus berlari sekencang-kencangnya menghampiri kucing hutan. Dengan napas terengah-engah, dia berkata, “sedang apa tuan di situ?”

“Seperti yang kau lihat, aku sedang dalam bahaya.” jawab kucing hutan.

“Kalau begitu kita senasib, hamba juga dalam bahaya sama seperti tuan,”jawab tikus. “Dan, hamba sedang berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Aku berkata jujur dan tidak berdusta. Lihatlah musang di pohon itu, dan juga burung hantu tepat di atasmu. Mereka itu musuh hamba dan musuh tuan juga. Oleh karena itu, jika tuan berjanji tidak akan memakan hamba, hamba akan membantu mengeluarkan tuan dari jaring ini, dan tuan terlepas dari bahaya. Jadi kita berdua akan selamat.
Bukankah sebuah kapal membutuhkan penumpang dan begitu pula sebaliknya?” rayu tikus.

“Sepertinya perkataanmu ada benarnya juga,” jawab kucing. “dan aku pun ingin kitanberdua terlepas dari bahaya ini. Kalau kau berhasil membebaskanku, seumur hidup aku takkan pernah melupakan bantuanmu hari ini.”

Tikus mulai menggigiti benang-benang pada jaring itu satu persatu. Musang dan burung hantu berlari ketakutan melihat kucing hutan yang sebentar lagi bebas. Ketika musang dan burung hantu sudah pergi, si tikus mulai melambatkan kecepatan menggigit jaringnya.

“Kenapa kau? Kenapa melambatkan kecepatan menggigitmu?”tanya kucing kepada tikus. “Oh, aku tahu! Mentang-mentang kau sudah terbebas dari bahaya, kau melakukan ini padaku? Kau memang pengkhianat, sahabatku.”

“Sahabat itu ada dua macam,” jawab tikus. “Ada yang tulus dan yang terpaksa. Keduanya itu pasti dilakukan untuk kebahagiaan dan juga agar terhindar dari bahaya. Sahabat yang tulus, takkan memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Seperti hamba, yang akan memenuhi semua janji hamba, tetapi hamba juga harus menjaga diri hamba sendiri. Tiap pekerjaan pasti ada waktunya, pekerjaan yang tidak pada waktunya, tentu hasilnya akan mengecewakan. Semua tali jaring ini akan hamba putuskan, setelah hamba yakin kalau tuan tidak akan membahayakan hamba.”

Akhirnya, lambat laun digigitnya semua benang pada jaring itu. Pada tali yang terakhir, tiba-tiba si pemburu datang, kucing hutanpun langsung melompat dan menyembunyikan diri dan tikus masuk kembali ke liangnya. Pemburu berkecil hati mendapati sisa-sisa benang tanpa ada satu binatang pun yang tertangkap.

Beberapa hari kemudian, tikus mulai keluar dari liangnya untuk mencari makanan. Ia tetap melangkah dengan hati-hati, takut kalau kucing hutan datang dan memakannya.
“Hai sahabat ku yang baik! Kenapa kau menjauhiku? Jangan kau putuskan tali persaudaraan kita, karena kau sudah menyelamatkan aku, budimu tidak akan pernah kulupakan slamanya” kata kucing hutan meyakinkan.
Kemudian tikus menjawab, “Terkadang persahabatan yang muncul tiba-tiba mengandung sebuah permusuhan yang tersembunyi, dan permusuhan seperti itu pasti lebih kejam daripada yang nyata. Orang yang cerdik akan mengajak musuhnya bersahabat kalau itu menguntungkan baginya, dan jika dia khawatir akan bahaya dari sahabat itu, dia pasti akan memusuhinya. Air yang dipanaskan oleh api, kemudian akan kembali dingin lagi jika diangkat dari api itu. Yaahh… karena suatu keperluan, aku menawarimu persahabatan, tapi sekarang keperluan itu sudah tak ada lagi. Aku takut kalau kita akan bermusuhan seperti dulu lagi, sepertinya tak ada alasan kau mendekatiku, kecuali kau mau memakanku, dan aku juga tak punya alasan untuk terus bersamamu, ya kan? Selain itu, aku tidak percaya padamu. Orang yang lemah akan menjaga diri dari musuhnya yang kuat, dan akan terjauh dari bahaya jika musuh yang kuat mendekatinya. Orang yang cerdik hanya mau berdamai dengan musuhnya, hanya jika ada suatu keperluan. Kalau hal itu sudah tercapai, maka segeralah ditinggal semua itu. Oleh karena itu, biarlah aku melihatmu dari kejauhan saja. Semoga hidupmu bahagia dan selamat selamanya.”

Comments

  1. keren euy,,,,
    nyontek di mana kamu mba dewi...
    hehehehehe

    just kiding

    ReplyDelete
  2. Thnx banget yah... sangat membantu aku ngerjain PR nih ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya sama2,, ini dulu juga pr ku koo:)

      Delete
  3. terima kasih namtu sy cari makna kisah ni dari buku kalilah wa dimnah yang sy belajar dlm bhs arab. heee

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sama2, kebetulan ini tugas saya di waktu saya dibangku sma :)

      Delete
  4. kak ini latar waktunya apa ya kak

    ReplyDelete
  5. kak ini latar waktunya apa ya kak

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PERAN MEDIA MASSA DALAM MEMELIHARA & MEMANTAPKAN STABILITAS KEAMANAN

METABOLISME KARBOHIDRAT